Lebaran, hari sakral untuk umat islam yang selalu dibangga-banggakan bersama sanak keluarga. Lebaran tahun lalu gue jalani tanpa orang tua. Yah… walaupun tetap dengan sanak keluarga. Ada perasaan tak wajar yang berbeda dengan lebaran sebelumnya. Gue inget ketika nyokap buat lontong tauco yang hmm… yummi banget. Gue makan sampe 8 kali sehari, hahaa… hanya dalam hitungan 2 hari, lontong yang isinya sebaskom bisa abis tak bersisa. Mungkin nyokap mengaduk touconya dengan bumbu cinta keluarga. Gue suka banget.
Bokap pindah tugas ke sawahlunto sejak gue dalam kandungan, gak heran, kita lebaran hanya sekeluarga tanpa famili lain. Bonyok, gue, adek (cowok) dan alm. adek (cewek) gue tentunya. Jujur, ada perasaan kangen banget kumpul sama keluarga. Seandainya adek cewek gue gak meninggal, mungkin nyokap masih bisa menghilangkan rasa kangen terhadap anak gadisnya yang merantau ke pulau Jawa. Walaupun tetep ada konflik bonyok, rasa kangen yang gue pendam. Kini gue cuma bisa berandai andai. Hhh… entahlah, kapan kita berlima bisa kumpul bareng lagi. Syurga yang bisa menjawab semua. Itupun kalo gue gak masuk neraka.Gue inget ketika terakhir kali nyium alm. Afifa adik gue yang paling cantik jelita. Ada perasaan takut kehilangan. Ketika si mungil tertidur lelap gue dekap dan gue liat nafasnya yang teratur, takut nafas itu berhenti. Ketika si mungil masuk ke peristirahatan terakhir gue gak rela, gak rela adek cewek gue satu satu nya menderita digigit nyamuk diliang lahat. Bahkan bakteri yang mendekat pun akan gue bunuh. Gue inget ketika ia megang pisau silet yang tajam, seharian gue bujuk dia untuk melepaskan mainan barunya, entah dari mana dapat nya, tangannya tergores, gue Cuma bisa duduk terpaku menyesali apa yang udah gue buat, hati gue menggigil saat tangannya terluka. Gue gak bisa lindungi adek gue sendiri.
Ketika ia koma, gue Cuma bisa duduk terpaku. Gue gak bisa bicara, berdoa untuk keselamatannya pun gue gak mampu. Tuhan….
Mungkin gue kakak yang paling jahat, gak bisa melindunginya ketika didunia dan gak bisa mendoakan keselamatannya diakhirat.
Adek gue yang pinter, suka buat lagu lucu2, suka ngumpet dibelakang pintu kalo lagi pipis, suka mainin beras, mainin boneka lucu, suka nyapa, senyum, nangis kalo dicubit pipinya sekarang udah tinggal kenangan. Satu satu nya harapan gue untuk menebus dunia universitas internasional, yang udah gue atur sedemikian rupa, tapi itu tinggal kenangan.
Amarah yang gue luapkan di hadapan Tuhan, gak pernah gue lupakan. Hati gue tetep sakit mesti sampai hari ini.
Lebaran tanpa si mungil menjadi hampa.
Dan lebaran tanpa gue, anak gadis yang merantau ke pulau seberang, hanya akan menambah kerinduan keluarga.
Hhh… memoar beberapa tahun silam hanya akan menambah derita luka.
Postingan ini tulisan terakhir tentang memoar si kecil “alm. Afifa Aprilia Salsabila”.
Lahir 30 april 2005, meninggal 31 Mei 2007.
2 tahun kita bersama
Menambah kenangan yang tak terhingga
Memoar cinta yang kau terapkan
Menambah kerinduan yang tak terucapkan
Suara lugu nan ayu
Sepatah kata yang kau ucapkan
Sebait lagu yang kau nyanyikan
Kini hanya tinggal kenangan.
Maaf
Ini saatnya hatiku untuk melepasmu
Si hitam manis dambaan keluarga
Penyejuk hati setiap warga
Senyummu
Tawamu
Candamu
Tak akan ku lupakan
Berbahagialah kau di atas sana
Selamatkan ayah ibu serta abangmu
Jangan kau pikirkan kehadiranku
Aku tak pantas mendekatimu
Hanya siksaan batin yang menemaniku
Salam cinta dari kakakmu
Berbahagialah selalu adikku
