Kamis, 12 Agustus 2010

Sorry mom-dad

Seharian, nuansa badmood gue meradang. Tanpa alasan, penyakit sensitif itu datang.
Pagi hari dengan nuansa hangat mentari, gue terima sms nyokap. "Kakak harus ngerti ya, papa sekarang cuma pegawai biasa. Mama gak tega minta uang ke papa, kita sedang kehabisan nak. Sabar. Kasihan papa. Mama gak tau harus mau ngomong apa, harus kuat dan tawakal ya. Untuk sementara pulangnya ditunda dulu. Berjuanglah nak untuk mencicipi masa depanmu. Mama harap kakak bisa ngerti dengan keadaan keluarga kita sekarang. Percayalah, orang tua selalu berbuat yang terbaik untuk anak anaknya. Sabar ya, 4 tahun itu gak lama. Kita semua bakal ngumpul lagi. Sayang mama nak".
Gue kehabisan kata kata untuk bales sms nyokap. Gue cuma bisa diem. Terbayang jerih payah papa yang mencari nafkah untuk gue, mama, dan keluarga. Peluh dahaga yang hanya bisa dinikmati sedetik demi perjuangan hidup.
Ada rasa penyesalan yang mendalam ketika gue pernah mengucapkan "mama gak adil, kenapa lebih sayang adek dibanding kakak". Ketika hati nyokap miris melihat gue yang berubah jadi anak durhaka, menentang orang tua, egois, suka seenaknya sendiri, gue gak pernah tau hal itu. Kemanjaan yang menjadikan diri ini tak berguna. Astagfirulloh....
maaf mama papa...
Gue... cuma bisa menikmati duit bulanan, berfoya foya gak tentu arah, tanpa memandang kebutuhan esok hari.
gue... yang meminta untuk di terbangkan ke pulau seberang demi cita2, namun kini meminta lagi dipulangkan. Kerinduan yang memuncak untuk rumah dan keluarga.
Anak pertama yang harusnya jadi tulang punggung keluarga, kini cuma bisa menerima keadaan orang tua tanpa usaha.
Astagfirulloh...
MAAF.