Ah... tak terasa ramadhan tiba.
Ada yang mandi kembang buat ngapus dosa, ada yang mandi dicomberan, ada yang mandi dikali, bla bla bla.
Segala upacara tradisional di kebumikan seperti sesajen, seserahan, ijab qabul (loh? yang ini ngawur) dsb.
Layaknya laporan yang selalu dituntut akan tujuan, postingan ini juga memiliki tujuan.
Tujuan menghibur salah satunya. Topik kali ini tidak membahas tentang teman atau pembokat saya yang namanya ramadhan (dan oh ternyata paman dari ayah bibi kakek saya juga bernama ramadhan) namun tentang bulan ramadhan yang dinanti natikan umat islam sejagad raya. Jadi jika ada diantara kalian ada yang bernama Ramadhan, sory yee... jangan geer dulu dah. :)
Penyambutan bulan ramadhan di kota gue (ceilee.. kampung di bilang kota? ngakungaku.com) biasa biasa aja. Gak ada yang istimewa kecuali makanan berbuka yang disajikan dalam aneka rasa. Terkadang ada enaknya kalo puasa tiba (baca: bisa makan yang enak enak), tapi ada perasaan sungkan kalo puasa tiba (baca: dosa yang sengaja gue buat buat bulan lalu dengan seenaknya dihapus, gak keren) dan ada perasaan gak enak sama sekali yang dialami si kuring yang sedang dalam tahap perbaikan gizi (baca: itu gue kirik!).
Hhh... bagi mahasiswa kere (baca: lagi lagi gue), nikmat juga rasanya bulan puasa di kampus apalagi tiap hari ada buka bareng gratis di maskam (Mesjid Kampus). Seru juga ngeliat anak anak pada rebutan makanan (saking kere nya) lalu melahap dengan ekspresi rakus dan akhirnya minta dobel a.k.a persediaan sebelum menuju sahur. Berbagai alasan yang memang tidak bisa dimaafkan (memelas minta makanan sambil ngesot2 di depan ustad), hanya membuat panitia yang menyediakan makanan bergidik geli campur haru. Namanya mahasiswa a.k.a anak kos tak punya modal selalu memanfaatkan yang serba gratis.
Lebih ilfil lagi ketika ada mahasiswa yang tak puasa namun ikut ikutan minta dibagiin makanan. Sahur bareng, siang ngerokok, magrib buka bareng, malem keluyuran. Gak etis banget melihat keburukan saudara2 preman kita yang hanya berinisial islam KTP. Perasaan kasian campur kesel (bagi yang menunaikan ibadah) menimpuk segala perilaku mereka yang tidak mencerminkan islam.
Apalagi melihat pemandangan wanita2 tak berpakaian senonoh seliweran dimana mana. Dinasehatin gak mau, dibiarin malah jadi makan ati. Hhhh....Terkadang gue ngerasa sebel sama ustad2 yang membiarkan mereka seenaknya di pinggir jalan menggoda lelaki hidung belang. Seandainya gue tau agama lebih banyak, mungkin udah gue tonjok tuh mereka2 yang keluyuran saat tarawih.
Malahan si ustad cuma bisa ngomong ke muridnya "kamu jangan meniru wanita laknat itu".
Arghh.... seandainya si ustad menyuruh istri, anak atau saudara wanita nya mengajak si gadis kupu kupu malam untuk ikutan taraweh, mengajarkan agama pasti syurga akan ada artinya.
Terkadang gue malah memilih neraka daripada syurga yang hanya ditempati oleh kaum bangsawan (seperti : ustad2, kyai dsb). Perasaan sedih melihat saudara gue yang lain gak ikut masuk syurga malah terdampar di neraka.
Seandainya besok gue punya anak yang alim (gak ngarep banget loh! yang penting soleh), pasti gue ajarkan bagaimana penderitaan mereka2 yang gak punya iman. Walaupun mungkin hanya bisa sebatas kasihan tentunya. Kesadaran untuk sesama umat lebih penting dibandingkan solat sendirian di tengah malam yang hanya mengharapkan pahala menuju syurga.
Seandainya mereka (para ustad dan sebangsanya) tau, Alloh gak pernah meminta mereka untuk mencari pahala demi kesenangan syurga esok, tapi Alloh meminta untuk mengabdi dengan ikhlas. Kita dijadikan khalifah bukan untuk memimpin orang yang hanya taat agama, namun semuanya.
Kalau Rasululloh tau, beliau pasti akan sedih. Perbedaan keyakinan dan keimanan menghambat umat2nya berbondong2 masuk syurga.
Teruntuk teman temanku yang memiliki pengetahuan agama yang lebih.
Aku tau aku gak pantes untuk dianggap sama seperti kalian.
Tapi kita sama sama manusia, punya Tuhan yang sama, diciptakan untuk tujuan yang sama, kita itu saudara bukan?
jangan sia siakan saudara kalian yang tak punya iman. Syurga itu bukan hanya untuk kalian. Jika memang kalian menginginkan syurga tapi tak memperhatikan keadaan disekitar, kalian sungguh egois. Maukah kalian masuk syurga namun melihat sanak famili kalian seluruhnya masuk neraka. Kami tak peduli esok akan masuk syurga ataupun neraka. Kami tak mengaharapkan itu semua. Lambat laun kalian akan mengerti bagaimana kehidupan dunia luar.
Aku tau aku gak punya ilmu agama yang banyak sehingga menggurui kalian, tapi aku sama seperti kalian, punya hati nurani untuk peduli dengan kawan2ku disekitar.
Bolehkah aku minta suatu hal kepada kalian?
Jangan buat perbedaan lagi antara si alim dan si preman.
Teruntuk saudara2ku yang memiliki ilmu walaupun hanya sedikit.
Salam damai dari kami rakyat jelata yang ingin berbagi Tuhan.
:)
Kamis, 22 Juli 2010
Langganan:
Postingan (Atom)